Code & Coffee: The Journey of a Web Developer

By Alya Pratama

Chapter 1: The Beginning

Langit sore itu berwarna oranye keemasan ketika Raka menatap layar laptopnya yang penuh error merah. Ia baru saja memutuskan untuk belajar membuat situs web pertamanya. HTML, CSS, dan JavaScript terdengar keren, tapi di matanya masih seperti mantra yang belum ia pahami.

Ia membuka tab baru, mencari tutorial di YouTube, dan mulai meniru baris demi baris kode. Beberapa jam berlalu, dan akhirnya muncul tulisan sederhana di layar: “Hello, World!”. Kecil memang, tapi bagi Raka, itu adalah permulaan dari sesuatu yang besar.

Ia tersenyum. “Kalau aku bisa bikin ini, aku bisa bikin apapun,” gumamnya sambil menyesap kopi yang mulai dingin.

Chapter 2: The Journey

Hari-hari Raka kini dipenuhi oleh kode. Ia mulai memahami bagaimana CSS bisa mengubah tampilan, dan bagaimana JavaScript membuat web terasa hidup. Tapi semakin dalam ia belajar, semakin ia sadar — dunia web development sangat luas.

Suatu malam, ia mencoba framework baru bernama React. Ia menatap dokumentasi yang panjang seperti novel tanpa akhir. Tapi semangatnya tak padam. Ia tahu, setiap error adalah guru terbaik.

Satu demi satu project kecil ia buat: portfolio sederhana, landing page untuk teman, hingga blog pribadi. Setiap klik “Refresh” adalah langkah baru dalam perjalanannya menjadi developer sejati.

Chapter 3: The Discovery

Suatu hari, Raka menemukan komunitas developer lokal di forum online. Di sana, ia belajar bahwa kode bukan hanya tentang sintaks, tapi juga tentang kolaborasi dan berbagi ilmu.

Ia mulai berkontribusi di proyek open-source. Pertama kali pull request-nya diterima, ia hampir tak percaya. Nama “rakadev” terpampang di repository besar yang diikuti ribuan orang. Itu bukan lagi sekadar hobi — ini adalah panggilan jiwa.

Di sela-sela kesibukan, ia menemukan sesuatu yang lebih dalam: rasa puas ketika kodenya membantu orang lain.

Chapter 4: The Challenge

Namun tak semua berjalan lancar. Sebuah proyek besar yang ia tangani gagal karena bug yang tak terduga. Server down, deadline lewat, dan klien marah besar. Raka hampir menyerah.

Ia menatap layar yang penuh pesan error, mencoba menahan frustrasi. Tapi di balik rasa kecewa, ada tekad yang tumbuh. Ia menulis ulang kode dari awal, belajar tentang version control dan testing. Ia sadar — bukan kesalahan yang penting, tapi bagaimana ia bangkit darinya.

Malam itu, ia menulis di jurnal pribadinya:

“Bug bukan musuh, tapi pengingat bahwa aku masih bisa belajar.”

Chapter 5: The Resolution

Setahun kemudian, Raka berdiri di panggung konferensi teknologi lokal, membawakan materi tentang “Building Resilient Web Applications”. Ia bercerita tentang kegagalannya, perjalanan panjangnya, dan bagaimana setiap baris kode punya cerita.

Di akhir presentasi, ia menatap para peserta muda yang mengingatkannya pada dirinya sendiri di masa lalu.

“Kalau kamu bisa membuat satu baris HTML muncul di layar,” katanya sambil tersenyum, “kamu sudah mulai menulis masa depanmu.”

Lampu sorot menyala. Tepuk tangan bergema. Dan di hatinya, Raka tahu — perjalanan ini baru saja dimulai.